[Tempat Kuliner Bakso di Indonesia]
✿ Bakso Kabut Bu Juhairiyah, Patrang –
Arjasa, Jember.
══════════════════════════════════════════
Bagi para pecinta kuliner ‘Bakso’
yang kebetulan berkunjung di Kabupaten Jember tidak ada salahnya bila mencoba
Bakso Kabut Bu Juhairah. Memang bakso ini
memiliki keunikan dan rasa khas yang tidak akan pernah anda temukan di
tempat-tempat lainnya, bakso ini merupakan bakso telur, namun berbeda dengan
yang lainnya , yang namanya bakso telur biasanya telur berada dalam bakso,
kalau yang satu ini baksonya di balut dengan telur,
Letaknya berada di Patrang - Arjasa.
Aksesnya mudah kok, naik apa aja boleh, jalannya sudah beraspal. Kalau dari
Patrang kita melewati rel kereta api, jalan terus sampai ada pertigaan. Di
persimpangan jalan itu ada papan petunjuk arah yang bertuliskan “Panca Budi”,
nah kalian lurus saja. Jangan salah dengan letaknya. Bakso ini berada di dekat
sebuah masjid dan pematang sawah yang hijau.
※ Ya Allah... semoga yang membaca
artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya… Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan... Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya… Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah… Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid… Bahagiakanlah keluarganya… Luaskan rezekinya seluas lautan… Mudahkan segala urusannya… Kabulkan cita-citanya… Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji… Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar. Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Muliakanlah orangnya… Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan... Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya… Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah… Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid… Bahagiakanlah keluarganya… Luaskan rezekinya seluas lautan… Mudahkan segala urusannya… Kabulkan cita-citanya… Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji… Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar. Aamiin ya Rabbal'alamin.
“Bila kau tak tahan lelahnya
belajar maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)